Alhamdulillah, segala
puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kemampuan, kekuatan,
serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “JENIS-JENIS
ANGGARAN SEKTOR PUBLIK” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah
ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan
dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bpk Muhammad Ahyaruddin, SE, M.Sc., Ak atas bimbingan, pengarahan, dan
kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka dari itu, saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Pekanbaru,
30 Maret 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ................................................................................................. 1
DAFTAR
ISI
................................................................................................................ 2
BAB
I PENDAHULUAN
A Latar Belakang............................................................................................................
3
B Rumusan Masalah.......................................................................................................
3
C Tujuan.........................................................................................................................
4
BAB
II PEMBAHASAN
A Perkembangan
Anggaran Sektor Publik .................................................................... 5
B Anggaran Sektor
Publik ............................................................................................. 5
C Anggaran Publik
Dengan Pendekatan NPM .............................................................. 8
D Perubahan
Pendekatan Anggaran .............................................................................. 10
E Anggaran Kinerja
....................................................................................................... 10
F Zero Based
Budgeting.................................................................................................
11
G Planning,
Programming, and Budgeting System ....................................................... 12
BAB
III PENUTUP
A Kesimpulan ................................................................................................................ 15
DAFTAR
PUSTAKA .................................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anggaran
merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama
periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan
penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran.
Definisi anggaran (budget) adalah rencana operasi keuangan, yang mencakup
estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan
untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu.
Dalam
organisasi sektor publik, penganggaran merupakan suatu proses politik. Pada
sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup
untuk publik, sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus
diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan.
Anggaran
sektor publik penting karena beberapa alasan, yaitu karena anggaran merupakan
alat bagi pemerintah untuk mengarahkan sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan,
dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, anggaran juga diperlukan karena
adanya masalah keterbatasan sumber daya sedangkan keinginan masyarakat yang tak
terbatas dan terus berkembang, dan anggaran juga diperlukan untuk menyakinkan
bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat.
Pada
dasarnya terdapat beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan penyusunan
anggaran sektor publik. Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama yang memiliki
perbedaan mendasar. Kedua pendekatan tersebut adalah anggaran tradisional atau
anggaran konvensional dan pendekatan baru yang sering dikenal dengan pendekatan
New Public Management.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka kami merumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah perkembangan Anggaran Sektor
Publik ?
2.
Apakah pengertian dari Anggaran
Tradisional?
3.
Bagaimanakah Manajemen Anggaran Publik
dengan Pendekatan New Public Management (NPM) ?
4.
Bagaimana perubahan pendekatan anggaran ?
5.
Apakah Pengertian Anggaran Kinerja dan
Pedekatan Zero Bazed Budgeting?
6.
Bagaimanakah Manajemen Anggaran Publik dengan
Pendekatan Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS) ?
C. Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka kami menyusun beberapa
tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk
menjelaskan perkembangan Anggaran Sektor Publik.
2. Untuk menjelaskan Anggaran Tradisional.
3. Untuk
menjelaskan manajemen Anggaran Publik dengan pendekatan New Public Management
(NPM).
4. Untuk
menjelaskan perubahan pendekatan anggaran.
5. Untuk
menjelaskan anggaran kinerja dan pendekatan Zero Bazed Budgeting.
6. Untuk
Menjelaskan Manajemen Anggaran Publik dengan Pendekatan Planning, Programming,
and Budgeting System (PPBS).
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
anggaran sektor publik
Sistem anggaran sektor publik dalam
perkembangannya telah menjadi instrumen kebijakan multifungsi yang digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Anggaran sebagai alat
perencanaan kegiatan publik yang dinyatakan dalam satuan moneter sekaligus
dapat digunakan sebagai alat pengendalian. Agar fungsi perencanaan dan pengawasan
dapat berjalan dengan baik, maka sistem anggaran serta pencatatan atas
penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan sistematis.
Sebagai sebuah sistem, perencanaan
anggaran sektor publik telah mengalami banyak perkembangan. Sistem perencanaan
anggaran sektor publik berkembang dan berubah sesuai dengan dinamika
perkembangan manajemen sektor publik dan perkembangan tuntutan yang muncul di masyarakat. Pada dasarnya terdapat beberapa
jenis pendekatan dalam perencanaan dan penyusunan anggaran sektor publik.
Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama yang memiliki perbedaan
mendasar. Kedua pendekatan tersebut adalah (a) Anggaran Tradisional atau
Anggaran Konvensional, dan (b)Pendekatan
baru yang sering dikenal dengan pendekatan New
Public Management.
B.
Anggaran
Tradisional
Anggaran
tradisional merupakan pendekatan yang banyak digunakan di negara berkembang
saat ini. Terdapat ciri-ciri dalam
pendekatan ini, yaitu :
a.
Cara penyusunan anggaran yang
didasarkan atas pendekatan incrementalism
b.
Struktur dan susunan anggaran yang
bersifat line-item.
c.
Cenderung sentralistis
d.
Bersifat spesifikasi
e.
Tahunan
f.
Menggunakan prinsip anggaran bruto.
Struktur
anggaran tradisional dengan ciri-ciri tersebut tidak mampu mengungkapkan
besarnya dana yang dikeluarkan untuk setiap kegiatan, dan bahkan anggaran
tradisional tersebut gagal dalam memberikan informasi tentang besarnya rencana
kegiatan. Oleh karena tidak tersedianya berbagai informasi tersebut, maka
satu-satunya tolok ukur yang dapat digunakan untuk tujuan pengawasan hanyalah
tingkat kepatuhan penggunaan anggaran.
Incrementalism
Anggaran
bersifat incrementalism, yaitu hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah
pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan data tahun
sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau
pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam. Pendekatan yang semacam ini
tidak saja belum menjamin terpenuhinya kebutuhan rill, namun juga dapat
mengakibatkan kesalahan yang terus berlanjut. Hal ini disebabkan karena kita
tidak pernah tahu apakah pengeluaran periode sebelumnya yang dijadikan sebagai
tahun dasar penyusunan anggaran tahun ini telah didasarkan atas kebutuhan yang
wajar.
Masalah
utama anggaran tradisional adalah terkait dengan tidak adanya perhatian
terhadap konsep value for money.
Dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money ini, seringkali pada akhir tahun anggaran terjadi
kelebihan anggaran yang pengalokasiannya kemudian dipaksakan pada
aktivitas-aktivitas yang sebenarnya kurang penting dilaksanakaan.
Anggaran
tradisional yang bersifat incrementalism
cenderung menerima konsep harga pokok pelayanan historis (historic cost of service) tanpa memperhatikan pertanyaan seperti :
1. Apakah
pelayanan tertentu yang dibiayai dengan pengeluaran pemerintah masih dibutuhkan
atau masih menjadi prioritas ?
2. Apakah
pelayanan yang diberikan telah terdistribusi secara adil dan merata diantara
kelompok masyarakat ?
3. Apakah
pelayanan diberikan secara ekonomis dan efisien ?
4. Apakah
pelayanan yang diberikan mempengaruhi pola kebutuhan publik ?
Akibat
digunakannya harga pokok pelayanan historis tersebut adalah suatu item,
program, atau kegiatan akan muncul lagi
dalam anggaran tahun berikutnya meskipun sebenarnya item tersebut sudah tidak
dibutuhkan. Perubahan anggaran hanya menyentuh jumlah nominal rupiah yang
disesuaikan dengan tingkat inflasi, jumlah penduduk, dan penyesuaian lainnya.
Line-item
Struktur
anggaran bersifat line-item yang didasarkan atas dasar sifat (nature) dari
penerimaan dan pengeluaran. Penyusunan anggaran dengan menggunakan struktur
line-item dilandasi alasan adanya orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan
untuk mengontrol pengeluaran. Anggaran tradisional disusun atas dasar sifat
penerimaan dan pengeluaran, seperti misalnya pendapatan dari pemerintah atasan,
pendapatan dari pajak, atau pengeluaran untuk gaji, pengeluaran untuk belanja
barang, dan sebagainya, bukan berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai dengan
pengeluaran yang dilakukan.
Kelemahan Anggaran
Tradisional
1. Hubungan
yang tidak memadai antara anggaran tahunan dengan rencana pembangunan jangka
panjang.
2.
Pendekatan incrementalism menyebabkansejumlah besar pengeluaran tidak pernah
diteliti secara menyeluruh efektivitasnya.
3.
Lebih berorientasi pada input
daripada output. Kinerja dievaluasi dalam bentuk apakah dana telah habis
dibelanjakan bukan apakah tujuan tercapai.
4.
Sekat-sekat antar departemen yang
kaku membuat tujuan nasional secara keseluruhan sulit dicapai. Keadaan tersebut
berpeluang menimbulkan konflik, overlapping, kesenjangan dan persaingan antar
departemen.
5.
Proses anggaran terpisah untuk
pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi.
6.
Anggaran tradisional bersifat
tahunan.
7.
Sentralisasi penyiapan anggaran,
ditambah dengan informasi yang tidak memadai menyebabkan lemahnya perencanaan
anggaran. Sebagai akibatnya adalah munculnya budget padding atau budgetary
slack.
8.
Persetujuan anggaran yang terlambat,
sehingga gagal memberikan mekanisme pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai,
seperti seringnya dilakukan revisi anggaran dan manipulasi anggaran.
9.
Aliran informasi (sistem informasi
finansial) yang tidak memadai yang menjadi yang menjadi dasar mekanisme
pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan tindakan.
C. Anggaran Publik dengan Pendekatan NPM
Era New Public Management
Sejak
pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan manajemen sektor publik yang
cukup drastis dari sistem manajemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis,
dan hierarkis menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih
mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut bukan sekedar perubahan kecil dan
sederhana. Perubahan tersebut telah mengubah peran pemerintah terutama dalam
hal hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. Paradigma baru yang muncul
dalam manajemen sektor publik tersebut adalah pendekatan New Public Management.
Salah
satu model pemerintahan di era New Public
Management adalah model pemerintahan yang diajukan oleh Osborne dan Gaebler
(1992) yang tertuang dalam pandangannya yang dikenal dengan konsep “reinventing goverment”. Perspektif baru
pemerintah menurut Osborne dan Gaebler tersebut adalah :
1. Pemerintah
Katalis : fokus pada pemberian pengarahan bukan produksi pelayan publik.
2. Pemerintah
milik masyarakat : memberdayakan masyarakat daripada melayani.
3. Pemerintah
yang Kompetitif : menyuntikkan semangat kompetisi dalam pemberian pelayanan
publik.
4. Pemerintah
yang digerakkan oleh misi : mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan
menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi.
5. Pemerintah
yang berorientasi hasil : membiayai hasil bukan masukan.
6. Pemerintah
berorientasi pada pelanggan : memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi.
7. Pemerintah
wirausaha : mampu menciptakan pendapatan dan tidak sekedar membelanjakan.
8. Pemerintah
antisipatif : berupaya mencegah daripada mengobati.
9. Pemerintah
desentralisasi : dari hierarki menuju partisipatif dan tim kerja.
10. Pemerintah
berorientasi pada (mekanisme) pasar : mengadakan perubahan dengan mekanisme
pasar (sistem insentif) dan bukan dengan mekanisme administratif (sistem
prosedur dan pemaksaan).
Perbandingan Anggaran Tradisional
dengan Anggaran Berbasis Pendekatan NPM
ANGGARAN TRADISIONAL
|
NEW PUBLIC MANAGEMENT
|
Sentralistis
|
Desentralisasi
& devolved management
|
Berorientasi
pada input
|
Berorientasi
pada input, output, dan outcome (value
for money)
|
Tidak
terkait dengan perencanaan jangka panjang
|
Utuh
dan komprehensif dengan perencanaan jangka panjang
|
Line-item dan
incrementalism
|
Berdasarkan
sasaran kinerja
|
Batasan
departemen yang kaku (rigid department)
|
Lintas
departemen (cross department)
|
Menggunakan
aturan klasik : vote accounting
|
Zero-Base Budgeting, Planning
Programming Budgeting System
|
Prinsip
anggaran bruto
|
Sistematik
dan rasional
|
Bersifat
tahunan
|
Bottom-up
budgeting
|
Spesifik
|
D.
Perubahan
Pendekatan Anggaran
Seiring
dengan perkembangan zaman, muncul beberapa teknik penganggaran sektor publik,
misalnya adalah teknik anggaran kinerja (performance
budgeting), Zero Based Budgeting (ZBB), dan Planning, Programming, and
Budgeting system.
Pendekatan
baru dalam sistem anggaran publik tersebut cenderung memiliki karakteristik
umum sebagai berikut :
1. Komprehensif/komparatif
2. Terintegrasi
dan lintas departemen
3. Proses
pengambilan keputusan yang rasional
4. Berjangka
panjang
5. Spesifikasi
tujuan dan perangkingan prioritas
6.
Analisis total cost dan benefit (termasuk
opportunity cost)
7.
Berorientasi input, output, dan outcome,
bukan sekedar input.
8.
Adanya pengawasan kerja.
E.
Anggaran
Kinerja
Anggaran
dengan pendekatan kinerja menekankan konsep value for money dan pengawasan atas
kinerja output. Dominasi pemerintah dapat diawasi dan dikendalikan melalui
internal cost awareness, audit keuangan dan audit kinerja, serta evaluasi
kinerja eksternal.
Sistem
anggaran kinerja yaitu sistem yang mencakup penyusunan program dan tolok ukur
kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran. Mencakup pada
penentuan unit kerja yang bertnaggungjawab atas pelaksanaan program, serta
penentuan indikator kinerja yang digunakan sebagai tolok ukur dalam mencapai
tujuan program yang telah ditetapkan.
F.
Zero
Based Budgeting (ZBB)
Konsep
ZBB dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada sistem anggaran
tradisional. Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep ZBB dapat
menghilangkan incrementalism dan line-item karena anggaran diasumsikan
mulai dari nol (zero-base). Pada konsep ZBB penentukan anggaran didasarkan pada kebutuhan saat ini.
Proses implementasi ZBB
1.
Identifikasi unit-unit keputusan
2.
Penentuan paket-paket keputusan
a. Paket
keputusan mutually-exclusive
b.
Paket keputusan incremental
3.
Meranking dan mengevaluasi paket keputusan
Keunggulan ZBB
1. Jika
ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi sumber daya secara
efisien
2.
ZBB berfokus pada value for money
3. Memudahkan
untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidakefektivan biaya
4.
Meningkatkan pengetahuan dan motivasi staf
dan manajer
5. Meningkatkan
partisipasi manajemen level bawah dalam proses penyusunan anggaran
6. Merupakan
cara yang sistematik untuk menggeser status quo dan mendorong organisasi untuk
selalu menguji alternatif aktivitas dan pola perilaku biaya serta tingkat
pengeluaran.
Kelemahan ZBB
1.
Prosesnya memerlukan waktu lama
2.
Manfaat jangka pendek
3.
Membutuhkan teknologi yang maju
4.
Merangking dan mereview merupakan
pekerjaan yang melelahkan
5.
Membutukan staf yang memiliki keahlian
yang mungkin tidak dimiliki organisasi
6. Memungkinkan
munculnya kesan yang keliru bahwa semua paket keputusan harus masuk dalam
anggaran.
7.
Implementasi ZBB menimbulkan masalah
keperibadian dalam organisasi.
G.
Planning,
Programming, and Budgeting System (PPBS)
PPBS
merupakan teknik penganggaran yang berorientasi pada output dan tujuan,
penekananan utamanya adalah alokasi sumber daya berdasrkan analisis ekonomi.
Proses implementasi PPBS
1.
Menentukan tujuan umum organisasi dan
tujuan unit organisasi dengan jelas
2. Mengidentifikasi
program-program dan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
3. Mengevaluasiberbagai
alternatif program dengan menghitung cost-benefit dari masing-masing program.
4. Pemilihan
program yang memiliki manfaat besar dengan biaya yang kecil
5. Alokasi
sumber daya ke masing-masing program yang disetujui.
Karakteristik PPBS
1. Berfokus
pada tujuan dan aktivitas (program) untuk mencapai tujuan
2. Secara
eksplisit menjelaskan implikasi terhadap tahun anggaran yang akan datang karena
PPBS berorientasi pada masa depan
3.
Mempertimbangkan semua biaya yang terjadi
4.
Dilakukan analisis secara sistematik atas
berbagai alternatif program :
a. Identifikasi
tujuan
b. Identifikassi
secara sistematik alternatif program untuk mencapai tujuan
c. Estimasi
biaya total dari masing-masing alternatif program
d. Estimasi
manfaat (hasil) yang ingin diperoleh dari masing-masing alternatif program.
Kelebihan PPBS
1. Memudahkan
dalam pendegelasian tanggung jawab dari manajemen puncak ke manajamen menengah
2. Dalam
jangka panjang dapat mengurangi bebean kerja
3.
Memperbaiki kualitas pelayanan
melalui pendekatan sadar biaya (cost-consciousnesss/
cost awareness) dalam perencanaan program
4.
Lintas departemen sehingga dapat
meningkatkan komunikasi, koordinasi, dan kerja sama antar departemen.
5.
Menghilangkan program yang
overlapping atau bertentangan dengan pencapaian tujuan organisasi
6.
PPBS menggunakan teori marginal utility sehingga mendorong
alokasi sumber daya secara optimal.
Kelemahan PPBS
1. PPBS
membutuhkan sistem informasi yang cangggih, ketersediaan data, adanya sistem
pengukuran, dan staff yang memiliki kapabilitas tinggi.
2. Implementasi
PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS membuthkan teknologi yang canggih
3.
PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk
diimplementasikan
4. PPBS
mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai kumpulan manusia
yang kompleks
5. PPBS
merupakan teknik anggaran yang statistically
oriented. Penggunaan statistik terkadang kurang tajam untuk mengukur
beberapa program tertentu saja.
6. Pengaplikasian
PPBS menghadapi masalah teknis.
Masalah utama penggunaan
ZBB dan PPBS
1. Bounded rationality,
keterbatasan dalam menganalisis semua alternatif untuk melakukan aktivitas.
2. Kurangnya
data untuk membandingkan semua alternatif, terutama untuk mengukur output.
3. Masalah
ketidakpastian sumber daya, pola kebutuhan dimasa depan, perubahan politik, dan
ekonomi.
4. Pelaksanaan
teknik tersebut menimbulkan beban pekerjaan yang sangat berat.
5.
Kesulitan dalam menentukan tujuan dan
perankingan program terutama ketika terdapat kepentingan (conflict of interest).
6.
Seringkali tidak memungkinkan untuk
melakukan perubahan program secara cepat dan tepat.
7.
Terdapat hambatan birokrasi dan
perlawanan politik yang besar untuk berubah (resistence
to change).
8. Pelaksanan
tersebut sering tidak sesuai dengan proses pengambilan keputusan poitik.
9. Pada
akhirnya, pemerintah beroperasi dalam dunia yang tidak rasional.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Anggaran
sebagai alat perencanaan kegiatan publik yang dinyatakan dalam satuan moneter
sekaligus dapat digunakan sebagai alat pengendalian. Agar fungsi pengendalian
dan pengawasan dapat berjalan dengan baik, maka sistem anggaran serta
pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan
sistematis.
Terdapat
dua pendekatan dalam penyusunan angaran sektor publik, yaitu pendekatan
tradisional dan pendekatan New Public Management. Pendekatan NPM dimaksudkan
untuk mengatasi kelemahan dari sistem tradisional. Anggaran dengan pendekatan
NPM terdiri dari beberapa jenis, yaitu anggaran kinerja, ZBB, dan PPBS.
Anggaran dengan pendekatan NPM sangat menekankan pada konsep value for money
dan pengawasan atas kinerja output.
Perubahan
dari sistem anggaran tradisional menuju sistem anggaran dengan pendekatan NPM
merupakan bagian penting dari reformasi anggaran. Reformasi anggaran sektor
publik dilakukan untuk menjadikan anggaran lebih berorientasi pada kepentingan
publik dan menekankan value for money. Beberapa jenis anggatan dengan
pendekatan NPM, seperti ZBB, PPBS, dan Anggaran Kinerja perlu dikaji lebih
mendalam sebelum diaplikasikan, karena pada masing-masing jenis anggaran
tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Penerapan sistem anggaran juga perlu
mempertimbangkan aspek sosial, kultural, dan kesiapan teknologi yang dimiliki
oleh pemerintah.
DAFTAR
PUSTAKA
Mardiasmo. 2002. Akuntansi
Sektor Publik. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET