A.
Latar Belakang
Sebelum
Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak dan kebudayaan yang
dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah kita pelajari.
Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses
bercampurnya dua/lebih kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling
mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam
Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha
hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak
hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat
Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
peradaban Islam di Indonesia pada masa sebelum dan sesudah kemerdekaan?
2.
Bagaimana
perkembangan Islam di Indonesia?
3.
Bagaimana
perkembangan Islam masa modern di Indonesia?
4.
Bagaimana
perkembangan seni budaya Islam di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Peradaban Islam di
Indonesia Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan
a.
Sebelum Kemerdekaan
Islam
masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau abad ke tujuh sampai abad ke
delapan masehi. Ini mungkin di dasarkan kepada penemuan batu nisan seorang
wanita muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun dileran dekat Surabaya
bertahun 475 H atau 1082 M. Sedang menurut laporan seorang musafir Maroko Ibnu
Batutah yang mengunjungi Samudera Pasai dalam perjalanannya ke negeri Cina pada
tahun 1345 M. Agam Islam yang bermahzab Syafi’i telah mantap disana selama se
abad, oleh karena itu berdasarkan bukti ini abad ke XIII di anggap sebagai awal
masuknya agama Islam ke Indonesia.
Daerah
yang pertama-tama dikunjungi ialah:
1.
Pesisir Utara pulau
Sumatera, yaitu di peureulak Aceh Timur, kemudian meluas sampai bisa mendirikan
kerajaan Islam pertama di Samudera Pasai, Aceh Utara.
2.
Pesisir Utara pulau
Jawa kemudian meluas ke Maluku yang selama beberapa abad menjadi pusat kerajaan
Hindu yaitu kerajaan Maja Pahit,
Pada permulaan abad ke XVII dengan masuk Islamnya
penguasa kerajaan Mataram,yaitu Sultan Agung maka kemenangan agam Islam hampir
meliputi sebagai besar wilayah Indonesia.
Sejak pertengahan abad ke XIX, agama Islam di Indonesia
secara bertahap mulai meninggalkan sifat-sifatnya yang singkretik(mistik).
Setelah banyak orang Indonesiayang mengadakan hubungan dengana Mekkah dengan
cara menunaikan ibadah haji, dan sebagiannya ada yang bermukim bertahun-tahun
lamanya.
Ada tiga tahapan “masa” yang dilalui atau pergerakkan
sebelum kemerdekaan, yakni:
1. Pada Masa Kesultanan
2. Pada Masa Penjajahan
3. Pada Masa Kemerdekaan
b.
Sesudah kemerdekaan
1.
Pra Kemerdekaan
Ajaran Islam pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat
dijinakkan begitu saja. Berdasarkan pengalaman melwan penjajahan yang tak
mungkin tak dihadapi dengan perlawan fisik, tetapi harus melalui pemikiran-pemikiran
dan kekuatan organisasi, seperti :
Ø Budi Utomo (1980) – Taaman Siswa (1992)
Ø Sarikat Islam (1911) – Nahdhatul Ulama (1926)
Ø Muhammadiyah (1912) – Partai Nasional Indonesia (1927)
Ø Partai Komunis Indonesia (1914)
Menurut Deliar Noer, selain yang tersebut diatas masih
ada organisasi Islam lainnya yang berdiri pada masa itu, diantaranya:
Ø Jamiat Khair (1905)
Ø Persyarikatan Ulama (1911)
Ø Persatuan Islam (1920)
Ø Partai Arab Indonesia (1934)
Organisasi perbaharu terpenting dikalangan organisasi
tersebut diatas adalah Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan, dan
Nahdhatul Ulama yang dipelopori oleh K.H Hasyim Asy’ari.
Untuk mempersatukan pemikiran guna menghadapi kaum
penjajah, maka Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama bersama-sama menjadi sponsor pembentukan
suatu federasi islam yang baru yang disebut Majelis Islan Ala Indonesia
(Majelis Islam Tertinggi di Indonesia) yang disingkat MIAI, yang didirikan di
Surabaya pada tahun 1937.
Masa pemerintahan Jepang ada tiga pranata sosial yang
dibentuk oleh pemerintahan Jepang yang menguntungkan kaum muslimin di
Indonesia, yaitu:
a)
Shumbu, yaitu kantor
urusan agama yang menggantikan kantor urusan pribumi zaman Belanda, yang
dipimpin oleh Hoesein Djayadiningrat pada 1 Oktober 1943.
b)
Masyumi, (Majelis
Syura Muslimin Indonesia) menganntikan MIAI yang dibubarkan pada bulan Oktober
1943, tujuan didirikannya adalah selain untuk memperkokoh persatuan umat islam
di Indonesia, juga untuk meningkatkan bantuan kaum muslimin kepada usaha
peperangan Jepang.
c)
Hizbullah, (Partai
Allah atau Angkatan Allah) semacam
organisasi militer untuk pemuda-pemuda muslimin yang dipimpin oleh Zainul
Arifin. Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia
(TNI).
2.
Pasca Kemerdekaan
Organisasi-organisasi yang muncul pada masa sebelum
kemerdekaan masih tetap berkembang di masa kemerdekaan, seperti Muhammadiyah,
Najdhatul Ulama, Masyumi dan lain-lain. Namun ada gerakan-gerakan islamyang
muncul sesudah tahun 1945 sampai akhir orde lama. Gerakan ini adalah DI/TII
yang berusaha dengan keras untuk merealisasikan cita-cita negara islam
Indonesia.
Gerakkan kekeraasan yang bernada islam ini terjadi
diberbagai daerah di Indonesia diantaranya:
1.
Di Jawa Barat, pada
tahun 1949-1962
2.
Di Jawa Tengah, pada
tahun1965
3.
Di Sulawesi, berakhir
pada tahun 1965
4.
Di
Kalimantan,berakhirpada tahun 1963
5.
Dan di Aceh, pada
tahun 1953 yang berakhir dengan kompromi pada tahun 1957
B.
Perkembangan Islam di
Indonesia
a.
Kedatangan islam di Indonesia
Sejak
zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar
yang snaggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad masehi sudah ada
rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai
daerah dartan asia tenggara.wilayah barat nusantara dan sekitar malaka sejak
masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil
bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang dan menjadi daerah lintasan
penting antara Cina dan India. Sementara pala dan cengkeh yang berasal dari
Maluku, dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada pedagang
asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatera dan Jawa antara abad ke-1 dan
ke-1 M sering disinggahi pedagang asing. Sperti lamuri (Aceh) Barus dan
Palembang di Sumatera, (Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa).
Pedagang-pedagang
muslim asal Arab, Persia, dan India juga ada yang sampai kepulauan Indonesia
untuk berdagang sejak abad ke-7 M (abad 1 H), islam pertama kali berkembang
diTimur Tengah. Malaka, jauh sebelum ditaklukkan Portugis (1511), merupakan
pusat utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Melalui Malaka, hasil hutan
dan rempah-rempah dari seluruh plosok Nusantara dibawa ke Cina dan India,
terutama Gujarat yang melakukan hubungan dagang langsung dengan Malaka pada
waktu itu. Dengan demikian, Malaka menjadi mata rantai pelayaran yang penting.
Lebih ke Barat lagi dari Gujarat, perjalanan laut melintasi laut Arab. Dari
sana perjalanan bercabang dua. Jalanpertama di sebelah Utara menuju teluk Oman,
melalui selat Ormuz ke teluk Persia.
Jalan keuda melalui teluk Aden dan laut merah, dan dari kota Suez jalan
perdagangan harus melalui daratan ke Kairo dan Iskandariah. Melalui jalan
pelayaran tersebut, kapal-kapal Arab, Persia dan India mondar mandir dari Barat
ke Timur dan terus ke negeri Cina dengan menggunakan angin musim untuk
pelayaran pulang perginya.
Ada
indikasi bahwa kapal-kapal Cina pun mengikuti jalan tersebut sesudah abad ke-9
M tetapi tidak lama kemudian kapal-kapal tersebut hanya sampai di pantai Barat
India, karena barang-barang yang diperlukan sudah dapat dibeli di sini.
Kapal-kapal Indonesia juga mengambil bagian dalam perjalanan niaga tersebut.
Pada zaman Sriwijaya, pedagang-pedagang Nusantara mengunjugi
pelanuhan-pelabuhan Cina dan pantai Timur Afrika.
Sampai
berdirinya kerjaan-kerajaan islam itu, perkembangan agama islam di Indonesia
dapat dibagi menjadi tiga fase. (1) singgahnya pedagang-pedagang islam di
pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Sumbernya adalah berita luar negeri, terutam
Cina, (2) adanya komunitas-komunitas islam dibeberapa daerah di kepulauan
Indonesia. Sumbernya,disamping berita-berita asing juga makanan-makanan islam,
dan (3) berdirinya kerajaan-kerajaan islam.
b.
Kondisi dan situasi politik kerajaan-kerajaan
di Indonesia
Cikal
bakal kekuasaan islam telah dirintis pada periode abad 1-5 H/ 7-8 M,tetapi
semua tenggelam dalam hegemoni maritim Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan
Majapahit di Jawa Timur. Pada periode ini para pedagang dan mubaligh muslim
membentuk komunitas-komunitas islam. Mereka memperkenalkan islam yang
mengajarkan toleransi dan kesamaan derajat di antara sesama, sementara ajaran
Hindu-Jawa menekankan perbedaan derajat manusia. Ajaran islam ini sangat
menarik perhatian penduduk setempat. Karena itu, islam tersebar kepulauan
Indonesia terhitung cepat, meski dengan damai.
Masuknya
islam kedaerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Disamping
itu, keadaan politik dan sosial budaya daerah-daerah ketika datang islam juga
berlainan. Pada abad ke-7 samapai ke-10 M, kerajaan Sriwijaya meluaskan
kekuasaannya ke daerah semenanjung Malaka sampai Kedah. Hal itu erat
hubungannya dengan usaha penguasaan selat Malaka yang merupakan kunci bagi
pelayaran dan perdagangan internasioanl. Datangnya orang-orang muslim ke daerah
itu sama sekalibelum memperhatikan dampak-dampak politik, karena mereka datang
hanya memang untuk usaha pelayaran dan perdagangan. Keterlibatan orang-orang
islam dalam bidang politik terlihat pada abad ke-9 M, ketika mereka terlibat
dalam pemberontakan petani Cina terhadap kekuasaan T’ang pada masa pemerintahan
kaisar Hi-Tsung (878-889 M). Akibat pemberontakkan itu, kaum muslimin banyak
yang dibunuh. Sebagian lainnya ke Kedah, wilayah yang masuk ke kuasaan
Sriwijaya,bahkan ada yang ke Palembang dan membuat perkampungan Muslim disini.
Kerajaan-kerajaan Sriwijaya pada waktu itu memang melindungi orang-orang muslim
di wilayah kekuasannya.
Dikerajaan
Majapahit, ketika Hayam Wuruk dengan Patih Gajah Mada masih berkuasa, situasi
politik pusat kerajaan memang tenang, sehingga banyak daerah dikepulauan
Nusantara mengakui berada dibawah perlindungannya. Tetapi sejak Gajah mada
meninggal dunia (1364M) dan di susul Hayam Wuruk (1389M), situasi Majapahit
kembali mengalami kegoncangan. Perebutan kekuasaan antara Wikramawhardana Da
Bhre Wirabumi berlangsung lebih dari sepuluh tahun. Setelah Bhre Wirabumi
meninggal, perebutan kekuasaan dikalangan istana kembali muncul dan
berlarut-larut. Pada tahun 1468M, Majapahit diserang Girindrawardhana dan
Kediri. Sejak itu, kebesaran Majapahit dapat dikatakan sudah habis. Tome Pires (1512-1515
M), dalam tulisannya suma oriental, tidak lagi menyebut-nyebut nama Majapahit.
Kelemahan-kelemahan yang semakin lama semakin memuncak akhirnya menyebabkan
keruntuhannya.
c.
Munculnya
pemukiman-pemukiman muslim di kota-kota Pesisir
Seperti
disebutkan diatas, menjelang abad ke-13M, pesisir Aceh sudah ada pemukiman
muslim. Persentuhan antara penduduk pribumi dengan muslim di Arab, Persia, dan
India memang pertama kali terjadi di daerah ini. Karena itu, diperkirakan
proses islamisasi sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi. Dengan
demikian, dapat dipahami mengapa kerajaan islam pertama di kepulauan Nusantara
ini berdiri di Aceh, yaitu kerajaan Pasai yang didirikan pada pertengahan abad
ke-13 M, setelah kerajaan islam ini
berdiri, perkembangan masyarakat muslim di Malaka makin lama makin meluas dan
pada awal abad ke-15 M, didaerah ini lahir kerajaan islam kedua di Asia
Tenggara. Kerajaan ini cepat berkembang, bahkan dapat mengambil alih dominasi
pe;ayaran dan perdagangan dari kerajaan Samudra Pasai yang kalah bersaing.
Lajunya perkembangan masyarakat muslim ini berkaitan erat dengan keruntuhan
Sriwijaya.
Setelah Malaka jatuh ketangan Portugis (1511 M), mata
rantai penting pelayaran beralih ke Aceh, kerajaan islam yang melanjutkan
kejayaan Samudra Pasai. Dari sini, proses islamisasi di kepulauan Nusantara
berlangsung lebih cepat dari sebelumnya. Untuk menghindari gangguan Portugis
yang menguasai Malaka, untuk sementara waktu kapal-kapal pemilih berlayar
menelusuri pantai Barat Sumatera. Aceh kemudian berusaha melebarkan kekuasannya
ke Selatan sampai ke Pariaman dan Tiku. Dari pantai Sumatra, kapal-kapal
memasuki selat Sunda menuju pelabuhan-pelabuhan dipantai Utara Jawa.
Berdasarkan berita Tome Pires(1512-1511), dalam suma
orientalnya dapat diketahui bahwa daerah-daerah dibagian pesisir Sumatra Utara
dan Timur selat Makala yaitu dari Aceh sampai Palembang sudah banyak terdapat
masyarakat dan kerajaan-kerajaan islam. Akan tetapi, menurut berita itu,
daerah-daerah yang belum islam juga masih banyak, yaitu palembang dan
daerah-daerah perdalaman. Proses islamisasi kedaerah-daerah pedalaman Aceh,
Sumatra Barat, terutama terjadi sejak Aceh melakukan ekspansi politiknya pada
abad ke-16 dan ke-17M.
Sementara itu, di Jawa, proses islamisasi sudah
berlangsung,sejak abad ke-11M, meskipun belum meluas, terbukti dengan ditemukanya makan Fatimah
binti Maimun di Leran Gresik yang berangka tahun 475 H (1082M). Berita tentang
islam di Jawa pada abad ke-11 dan 12 M memang masih sangat langka. Akan tetapi,
sejak akhir abad ke-13M dan abad-abad berikutnya, terutama ketika Majapahit
mencapai puncak kebesarannya,
bukti-bukti adanya proses islamisasi sudah banyak,dengan ditemukannya beberapa
puluhan nisan kubur di Troloyo, Trowulan dan Gresik. Bahkan, menurut berita
Ma-huan tahun 1416M, dipusat Majapahit maupun dipesisir, terutama dikota-kota
pelabuhan, telah terjadi proses islamisasi dan sudah pula terbentuknya
masyarakat muslim.
Pertumbuhan masyarakat
islam disekitar Majapahit dan terutama dibeberapa kota pelabuhan di Jawa
erat hubungannya dengan perkembangan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan
orang-orang islam yang telah mempunyai kekuasaan ekonomi dan politik di Samudra
Pasai, Malaka dan Aceh.
Tome Pires juga mennyebutkan bahwa di Jawa sudah ada kerajaan yang bercorak islam, yaitu Demak,
dan kerajaan-kerajaan di daerah pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa
Barat, disamping masih ada kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu.
Melihat makam-makam muslim yang terdapat disitus-situs
Majapahit, diketahui bahwa islam sudah hadir di ibu kota Majapahit sejak
kerajaan itu sudah mencapai puncaknya. Meskipun demikiran, lazim dianggap bahwa
islam di Jawa pada mulanya menyebar selama periode merosotnya kerajaan
Hindu-Budha. Islam menyebar ke posisi pulau Jawa melalui hubungan perdagangan,
kemudian dari pesisir ini, agak belakang menyebar ke pedalaman pulau itu.
Dibeberapa tempat, raja-raja Jawa yang kafir menjadi muslim, sementara para mullah dan para pedagang
muslim mendapat posisi di sana. Yang lain mengambil jalan membangun benteng di
sekitar tempat-tempat mereka tinggal dan mengambil masyarakat-masyarakat
pribuminya, yang berlayar dikapal-kapal mereka. Mereka mebunuh raja-raja Jawa
serta menjadikan diri mereka sebagai raja. Dengan cara ini, mereka menjadikan
diri mereka sebagai tuan-tuan di pesisir itu serta mengambil alih perdagangan
dan kekuasaan di Jawa.
Perkembangan islam di pulau Jawa bersamaan waktunya
dengan melemahnya posisi raja Majapahit. Hal itu memberi peluang kepada
raja-raja islam pesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen.
Dibawah bimbingan spiritual Sunan Kudus, meskipun bukan yang tertua dari wali
songo, Demak akhirnya berhasil menggantikan Majapahit sebagai kraton pusat.
Pengaruh islam masuk ke Indonesia bagian Timur, khususnya
daerah Maluku , tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang
pada pusat lalulintas pelayaran internasional di Malaka. Raja Ternate yang
keduabelas, Molomatea (1350-1357M) bersahabat karib dengan orang Arab yang
memberinya petunjuk dalam pembuatan kapal-kapal, tetapi agaknya bukan dalam
kepercayaan. Hal ini menunjukkan bahwa di Ternate sudah ada masyarakat islam
sebelum rajanya masuk islam. Demikian juga di Banda, Hitu, Makyan, dan Bacan.
Menurut Tome Pires, orang masuk islam di Maluku kira-kira tahun 1460-1465M. Hal
itu sejalan dengan berita Antonio Galvao. Orang-orang islam datang ke Maluku
tidak menghadapi kerajaan-kerajaan yang sedang mengalami perpecahan sebagaimana
halnya di Jawa. Mereka datang dan menyebarkan agama islam melalui perdagangan,
dakwah dan perkawinan.
Proses islamisasi pada taraf pertama dikerajaan Gowa
dilakukan dengan cara damai, oleh Dato’ Ri Bandung dan Dato’ Sulaeman keduanya
memberikan ajaran-ajaran islam kepada masyarakat dan raja. Setelah secara resmi
memeluk agama islam, Gowa melancarkan perang terhadap Soppeng. Wajo, dan
terakhir Bone. Kerajaan-kerajaan itupun masuk islam, Wajo 10 Mei 1610 M, dan
Bone 23 November 1611 M.
Proses islamisasi tidak berhenti sampai berdirinya
kerajaan-kerajaan islam tetapi terus berlangsung intensif dengan berbagai cara
dan saluran.
d.
Saluran dan cara-cara
islamisasi di Indonesia
Kedatang
islam dan penyebaran kepada golongan bangsawan dan rakyat umumya, dilakukan
secara damai. Apabila situasi politik dalam kerajaan mengalami kekacauan dan
kelemahan disebabkan perbutan kekuasaan dikalangan keluarga istana, maka islam
dijadikan alat politik bagi golongan bangsawan atau pihak-pihak yang
menghendaki kekuasaan itu. Mereka berhubungan dengan pedagang-pedagang muslim
yang posisi ekonominya kuat karena menguasai pelayaran dan perdagangan. Apabila
kerajaan islam sudah berdiri, penguasanya melancarkan perang terhadap kerajaan
non-islam. Hal itu bukanlah persoalan agama tetapi karena dorongan politis
untuk menguasai kerajaan-kerajaan disekitarnya.
Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran islamisasi
yang berkembang ada enam yaitu:
1.
Saluran perdagangan
2.
Saluran perkawinan
3.
Saluran tasawuf
4.
Saluran pendidikan
5.
Saluran kesenian
6.
Saluran politik
C.
Perkembangan Islam
pada masa modern di Indonesia
a.
Sejarah latar
belakang perkembangan islam masa modern di Indonesia
Di
Indonesia terdapat pembaharu atau partai
politik besar yang menentang penjajahan diantaranya:
v Sarekat Islam (SI) dipimpin oleh H.O.S Tjokrominoto
berdiri pada tahun 1912 dan merupakan kelanjutan dari sarikat Dagang Islam yang
didirikan oleh H. Samanhudi tahun 1911.
v Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan oleh Sukarno
(1927)
v Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-baru) didirikan oleh
Mohammad Hatta (1931)
v Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) menjadi partai
politik tahun 1932 yang dipelopori oleh Muktar Luthfi
Munculnya gagasan nasionalisme yang diiringi oleh
berdirinya partai-partai politik tersebut merupakan aset utama umat islam dalam
perjuangan untuk mewujudkan negara merdeka yang bebas dari pengaruh politik
barat. Sebagai gambaran dengan nasionalisme dan perjuangan dari parati-partai
politik yang penduduknya mayoritas muslim adalah Indonesia. Indonesia merupakan
negara yang mayoritas muslim yang pertama kali berhasil memproklamasikan
kemerdekaannya yaitu tanggal 17 Agustus 1945. Negara kedua yang bebas dari
penjajahan yaitu Pakistan. Merdeka pada tanggal 15 Agustus 1947 dengan presiden
pertamanya Ali Jinnah.
b.
Gerakan Modern Islam
di Indonesia
Pembaharuan
oleh islam atau gerakan modern islam yang lahir di Timur Tengah sangat
berpengaruh terhadap gerakan kebangkitan islam di Indonesia. Pengaruh tersebut
seperti munculnya berbagai organisasi dan kelembagaan modern di Indonesia pada
awal abad ke-20. Organisasi atau
kelembagaan dimaksud yaitu Jamiatul Khair (1905) yang bertujuan izzul islam wal
muslimin kejayaan islam dan umatnya dengan gerakannya yaitu mendirikan sekolah
tingkat dasar dan mengirimkan anak muda berprestasi ke Turki. Al Irsyad, yaitu
bergerak dalam bidang pendidikan pendirinya adalah Syekh Ahmad Sorkati dan para
pedagang. Muhammadiyah, yaitu didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan tanggal 8
November 1912 di Jogjakarta dengan tujuan menggapai surga dengan ridha Allah swt
dan mencapai masyarakat yang aman, damai, makmur, sejahtera dan bahagia
disertai dengan nikmat Allah yang melimpah ruah dengan baldatun tayyibatun wa
rabbun ghafur.
Persatuan islma didirikan oleh Ahmad Hasan dan M. Natsir
di Bandung tahun 1920, kegiatan utamanya tabligh, khotbah dan penerbitan guna
memurnikan syari’at islam. SDI (Syarikat Dagang Islam) didirikan oleh Haji
Samanhudi di Solo tahun 1911. SDI diubah menjadi PSI (Partai Serikat Islam) dan
tahun 1929 diubah lagi menjadi PSII (Partai Serikat Islam Indonesia), semula
bergerak dalam ekonomi dan keagamaan kemudian berubah menjadi kegiatan politik.
NU yaitu didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari tanggal 13 Januari 1926 di Surabaya
dengan tujuan membangkitkan semangat juang para ulama di Indonesia. Matla’ul
Anwar, pendirinya adalah KH Yasin pada tahun 1905 di Banten dengan kegiatannya
berupasosial keagamaan dan pendidikan. Perti (Partai Tarbiyah) didirikan oleh Syeikh Sulaiman Ar Rasuli pada
tahun 1928 di Sumatra Barat. Kegiatannya bergerak dalam bidang pendidikan,
memberantas bid’ah, khurafat dan takhayul serta taklid umat islam.
c.
Beberapa Hikmah
Mempelajari Sejarah Perkembangan Islam Pada Abad Modern
1.
Sejarah dikemukakan
dalam Al-Qur’an sebagai kisah atau peristiwa yang dialami umat manusia dimasa
lalu. Orang yang tidak mau mengambil hikamh dari sejarah mendapat kecaman
karena mereka tidak mendapat pelajaran apapun dan kisah dalam Al-Qur’an.
Melalui sejarah, kita dapat mencari upaya antisipasi agar kekeliruan yang
mengakibatkan kegagalan dimasa lalu tidak terulang di masa yang akan datang.
2.
Pelajaran yang dapat
diambil dari sejarah dapat menjadi pilihan ketika mengambil sikap. Bagi orang
yang mengambil jalan sesuai dengan ajaran dan petujunk-Nya, orang tersebut akan
mendapat keselamatan.
3.
Pembaharuan akan memberi
manfaat berupa inspirasi untuk mengadakan perubahan-perubahan sehingga suatu
pekerjaan akan menjadi lebih efektif dan efisien.
4.
Dalam sejarah,
dikemukakan pula masalah sosial dan politik yang terdapat dikalangan
bangsa-bangsa terdahulu. Semua itu agar menjadi perhatian dan menjadi pelajaran
ketika menghadapi permasalahan yang mungkin akan pengaruh gerakan modernisasi
islam terhadap perkembangan islam di Indonesia.
d.
Perjalan Peta Politik
Islam Indonesia
Islam
mulai memasuki wilayah politik Indonesia sejak pertama kali negara Indonesia
mengadakan pemilihan umum (pemilu). Dengan cara membuat suatu wadah, yaitu
mendirikan partai politik. Pada waktu itu partai yang berasaskan islam yaitu
ada dua, pertama partai Masyumi dan partai NU. Melalui wadah ini umat islam
memainkan perannya sebagai seorang politikus yang ingin mnanamkan nilai-nilai
islam. Dalam tesisi Harun Nasution yang berjudul The Islamic State in
Indonesia. The Rise Of Ideology,The Movement for its Creation and The Theory of
the Masjumi. Beliau mengemukakan bahwa ada perbadaan besar antara NU dan
Masyumi.kaum mdernis di dalam Masyumi pada umumnya mereka hendak membangun
suatu masyarakat muslim dan sebagai akibatnya mereka mengharapkan suatu negara islam.
Kelompok yang diwakili NU lebih sering memperjuangkan suatu negara sebaagai
langkah pertama dan melalui negara islam ini mereka hendak mewujudkan suatu
masyarakat islam. Suatu perbedaan lain adalah, bahwa mereka tidak begitu
menonjol dalam pemikiran kaum Masyumi.
e.
Perkembangan
Pendidikan Islam Indonesia
Pendidikan
islam adalah pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits. Pada awal kemerdekaan pendidikan islam dianggap sebagai musush oleh
kaum penjajah. Sebab pendidikan islam kerap mengajarkan melawan akan kebatilan
yang dilakukan oleh para penjajah. Kini pendidikan islam berkembang subur,
laksana rumput ditanah yang luas tersiram air hujan. Tumbuh tiada terbendung.
Kemajuan dari pendidikan islam di Indonesia dapat kita
lihat dari, semakin lausnya persebaran pondokpesantren, yang merupakan basis
penyebaran islam di Indonesia. Sebutan pesantren hanya dipakai dipulau Jawa.
Sementara di daerah lain, istilah pesantren untuk di Aceh dikenal dengan
sebutan dayah, di Padang dengan istilah surau.
Disamping pesantren, lembaga formal pendidikan islam pun,
mulai banyak bermunculan di Indonesia. Dari mulai Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah
Tsanawiyah, Madrasah Aliyah,dan perguruan Tinggi Islam. Walaupun dari segi
kauntitas banyak, akan tetapi kalau kita melihat dari segi kualitas belum tentu
sebanyak jumlahnya.
D.
Perkembangan Seni
Budaya Islam di Indonesia
a. Peradaban Seni Budaya di Indonesia
Seni adalah suatu hasil karya manusia yang indah,
baik dalam betuk materil maupun non materil. Sedangkan budaya adalah salah satu
hasil peradaban seni. Islam pun mengenal yang namanya seni, yang pada
hakikatnya merujuk pada sesuatu yang bagus dan indah.
Budaya
islam Indonesia tidak sehebat seperti kerajaan Mughal di India dengan Taj
Mahal-nya. Hal ini disebabkan islam mauk ke Indonesia dengan jalan damai
sehingga seni islam harus menyesuaikan diri dengan kebudayaan lama, dan
nusantara adalah negeri yang merupakan jalur perdagangan internasional,
sehingga penduduknya lebih mementingkan masalah perdagangan dari pada
kessenian. Keseniannya sangat sederhana dan miskin. Kekuatan himmah seperti
mendorong muslim di negara lain untuk menciptakan pekerjaan besar, tidak muncul
di Indonesia. Kalaupun muncul, biasanya berasal dari negara luar atau peniruan
yang tidak lengkap. Walaupun demikian, masuknya islam ke Indonesia membawa
tamaddun (kemajuan) dan kecerdasan bagi bangsa Indonesia. Islam datang ke
Indonesia memberikan perubahan dalam bidang seni, misalnya, pengguna batu
nisan, seni bangunan,senisastra, dan seni ukir.
b.
Macam-macam Seni
Budaya Islam di Indonesia
1.
Batu Nisan
2.
Arsitektur
3.
Seni Rupa
4.
Aksara dan Seni
Sastra
c.
Pengaruh Masuknya
Islam terhadap Bangsa Indonesia
Jauh
sebelum islam masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia telah memeluk agam Hindu dan
Budha disamping keprcayaan nenek moyang mereka yang menganut animisme dan
dinamisme. Setelah islam masuk ke Indonesia, islam berpengaruh besar baik dalam
bidang politik,sosial, ekonomi, maupun bidang kebudayaan yang antara lain
seperti di bawah ini:
1. Pengaruh bahasa dan nama
2. Penagruh budaya, adat istiadat dan seni
3. Pengaruh dalam bidang politik
4. Pengaruh dibidang ekonomi.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Islam masuk di Indonesia pada abad ke-7 M dengan berimannya orang perorang.
Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional
melalui selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia
Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad ke-7. Kerajaan-kerajaan
islam yang ada di Indonesia adalah:
Ø Sumatera: kerajaan Samudra Pasai, kerajaan Malaka, dan
kerajaan Aceh
Ø Jawa: kerajaan Demak, kerajaan Pajang, kerajaan Mataram,
kerajaan Banten, dan kerajaan Cirebon
Ø Kalimantan: kerajaan Bnajar dan kerajaan Kutai
Ø Sulawesi: kerajaan Gowa-Tallo, kerajaan Bone, kerajaan
Wajo, kerajaan Soppeng, dan kerjaan Luwu.
Pada zaman modern kebangkitan islam semakin berkembang di
Indonesia membetuk organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sareka
Dagang Islam (SDI), Muhammadiyah, Persatuan Islam, Nahdlatul Ulama (NU),
Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), dan partai-partai politik, seperti
Sarekat Islam (SI), Persatuan Muslimin Indonesia (Permi), dan partai Islam
Indonesia (PII). Organisasi-organisasi sosial keagamaan islam dan
organisasi-organisasi yang didirikan kaum terpelajar baru, menandakan tumbuhnya
benih-benih nasionalisme dalam pengertian modern.
Peradaban-perdaban islam sbeelum kemerdekaan adalah
birokrasi keagamaan, ulama dan ilmu-ilmu pengetahuan, dan arsitek bangunan.
Sedangkan peradaban islam setelah kemerdekaan adalah Departemen Agama,
Pendidikan, Hukum Islam, haji, Majelis Ulama Indonesia (MUI).
DAFTAR PUSTAKA
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia,
Jakarta: Rajawali Pers, 2014